Rabu, 19 Oktober 2011

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP DIRI


LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DIRI


FIKES UNMUH.jpg
 






Di susun oleh :

YUKTI RIZQAN BAROKI
10.010.210.84

FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D.3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2010


LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP DIRI

I. DEFINISI
            Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

Konsep diri terbentuk dari :
àReaksi seseorang terhadap tubuh seseorang
àPersepsi berkelanjutan tentang reaksi orang lain terhadap diri
àHubungan diri dan orang lain
àStruktur kepribadian
àPersepsi terhadap stimulus yang mempunyai dampak pada diri sendiri
àPengalaman baru atau sebelumnya
àPerasaan saat ini tentang fisik, emosional, dan sosial diri
àHarapan tentang diri


II. KOMPONEN KONSEP DIRI
            Konsep diri dapat digambarkan dalam istilah rentang dari kuat sampai lemah atau dari positif sampai negatif, bergantung pada kekuatan individu dari keempat komponen konsep dirinya.
-          Identitas diri (personal identity)
-          Citra tubuh (Body image)
-          Harga diri (self esteem)
-          Ideal diri (self ideal)
-          Peran (role performance)

Konsep diri dipengaruhi oleh peran kesehatan, pengalaman keluarga, sosial dan okupasi, serta aktivitas intelektual dan kesenangan.
Konsep diri secara fisiologis,  emosional, dan  sosial dibentuk berdasarkan reaksi orang lain terhadap klien dan kemudian oleh interpretasi individu  tentang reaksi ini pada  diri sendiri.




A.    Identitas (Personal Identity)
Identitas adalah rasa konsisten diri sebagai individu yang berbeda dari orang lain. Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan, daan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Karenanya konsep tentang identitas mencakup konstansi dan kontinuitas. Identitas menunjukkan menjadi lain dan terpisah dari orang lain, namun menjadi diri yang utuh dan unik. Selama masa remaja tugas emosional utama seseorang adalah perkembangan rasa diri, atau identitas. Banyak terjadi perubahan fisik, emosional, kognitif, dan sosial. Jika remaja tidak dapat memenuhi harapan dorongan diri pribadi dan sosial yang membantu mereka mendefinisikan tentang diri, maka remaja ini dapat mengalami kebingungan identitaas. Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim karena identitas seseorang diekpresikan dalam berhubungan dengan orang lain.

B.     Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak secara terus menerus (anting, make-up, kontak lensa, pakaian, kursi roda). baik masa lalu maupun sekarang.
Citra tubuh juga mencakup sikap, emosi, dan reaksi kepribadian dari individu terhadap tubuh.
Factor-faktor yang mempengaruhi citra tubuh :
1.      Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik
2.      Persepsi pandangan orang lain
3.      Pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik
4.      Sikap dan nilai cultural social budaya.

C.     Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Pencapaian ideal diri/cita-cita/harapan langsung menghasilkan perasaan berharga. Hubungan antara konsep diri dan ideal diri membantu seseorang memahami harga dirinya.
Harga diri bergantung pada persepsi seseorang tentang ideal diri karena ini membandingkan dengan kenyataan diri.
Sedangkan menurut Dariuszky yang menghambat perkembangan harga diri adalah : Perasaan takut , yaitu kekhawatiran atau ketakutan (fear).

Menurut beberapa ahli dikemukakan faktor-Fator yang mempengaruhi gangguan harga diri, seperti :
1.      Perkembangan individu.
Faktor predisposisi dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan orang tua
menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengkibatkan anak gagal mencintai
dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak dipercaya untuk mandiri, memutuskan sendiri akan bertanggung jawab terhadap prilakunya.Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak merasa tidak berguna.
2.      Ideal Diri tidak realistis.
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya hak untuk
gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standart yang tidak dapat dicapai, seperti
cita –cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis. Yang pada kenyataan tidak
dapat dicapai membuat individu menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.
3.      Gangguan fisik dan mental
Gangguan ini dapat membuat individu dan keluarga merasa rendah diri.
4.      Sistim keluarga yang tidak berfungsi.
Orang tua yang mempunyai harga diri yang rendah tidak mampu membangun harga diri anak dengan baik. Orang tua memberi umpan balik yang negatif dan berulang-ulang akan merusak harga diri anak. Harga diri anak akan terganggu jika kemampuan menyelesaikan masalah tidak adekuat. Akhirnya anak memandang negatif terhadap pengalaman dan kemampuan di lingkungannya.
5.      Pengalaman traumatik yang berulang,misalnya akibat aniaya fisik, emosi dan seksual.
Penganiayaan yang dialami dapat berupa penganiayaan fisik, emosi, peperangan, bencana alam, kecelakan atau perampokan. Individu merasa tidak mampu mengontrol lingkungan. Respon atau strategi untuk menghadapi trauma umumnya mengingkari trauma, mengubah arti trauma, respon yang biasa efektif terganggu. Akibatnya koping yang biasa berkembang adalah depresi dan denial pada trauma

Berikut ada tips dan trik untuk menumbuhkan dan meningkatkan harga diri:
1.      Belajar untuk selalu menghargai diri sendiri. walaupun terkadang orang lain memandang diri anda rendah tapi tetapkan keyakinan anda bahwa andalah yang berhak atas hidup anda dan anda yang paling mengerti diri anda.
2.      Belajar untuk menyukai diri sendiri. Menyukai diri sendiri berarti menerima diri apa  adanya. dan belajar untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Lihat sisi positif dari diri anda, adn yang paling penting adalah bersyukur untuk segala yang kita miliki.
3.      Miliki gambar diri yang positif. hal ini berhubungan dengan penerimaan diri. gambar diri adalah cara pandang anda terhadap diri anda. yakinkan diri anda kalau anda layak untuk berhasil, anda pantas untuk dicintai dan dihargai, anda adalah pribadi yang special. Ingatlah bahwa gambar diri anda mmpengaruhi perilaku anda.
4.      Lakukan apa yang anda anggap penting. walaupun anda merasa anda tidak mampu karena anda malu dan takut, paksakan diri anda untuk melalui proses itu. percayalah bahwa ternyata diri anda mampu untuk melakukannya. yang perlu diingat adalah semakin kita paksakan untuk melalu proses yang tidak enak, semakin anda memperluas daerah teritori kenyamanan anda.
5.      Belajar untuk hidup mandiri, tidak tergantung dengan orang lain, sehingga anda tidak rentan terhadap penolakan.

D.    Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia harus berprilaku berdasarkan standar, tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu. Sering disebut bahwa idela diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu :
a. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.
b. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.
 c. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistis, keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasan cemas dan rendah diri.
d. Kebutuhan yang realistis.
e. Keinginan untuk menghindari kegagalan.
f . Perasaan cemas dan rendah diri.

E.     Peran (Role Performance)
Mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi. Sosialisasi dimulai tepat setelah lahir, ketika bayi berespons terhadap orang dewasa dan orang dewasa berespons terhadap perilaku bayi. Pola stabil dan hanya sedikit berubah selama dewasa. Anak belajar perilaku yang diterima oleh masyarakat melalui proses berikut:
1. Reinforcement-extionction:
perilaku tertentu menjadi umum atau dihindari, bergantung pada apakah perilaku ini diterima dan diharuskan atau tidak diperbolehkan dan dihukum. 
2.Inhibisi:
seorang anak belajar memperbaiki perilaku, bahkan ketika berupaya untuk melibatkan diri mereka.
3.Substitusi:
   seorang anak menggantikan satu perilaku dengan perilaku lainnya, yang memberikan kepuasan  pribadi yang sama.
4.Imitasi:
seorang anak mendapatkan pengetahuan. Keterampilan atau perilaku dari anggota sosial atau kelompok cultural.
5.Identifikasi:
seorang anak menginternalisasikan keyakinan, perilaku, dan nilai dari model peran ke dalam ekspresi diri yang unik dan personal.


v  STRESSOR
Stres adalah perasaan yang dibuat ketika kita bereaksi terhadap kejadian tertentu. Ini cara tubuh naik menjadi tantangan dan mempersiapkan untuk memenuhi situasi sulit dengan fokus, kekuatan, stamina, dan kewaspadaan tinggi. Peristiwa yang menimbulkan stres disebut stressors.

Daya tahan seseorang terhadap stress berbeda satu sama lain, tergantung pada:
o   Umur
o   Jenis kelamin
o   Kepribadian
o   Intelgensi
o   Emosi
o   Status social
o   Pekerjaan individu

Stresor konsep diri adalah segala perubahan nyata atau yang dicerap yang mengancam identitas, citra tubuh, harga diri, atau perilaku peran.

STRESSOR IDENTITAS
Identitaas didefinisikan  sebagai “pengorganisasian  prinsip dari sistem kepribadian  yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kontinuitas, keunikan, dan konsistensi dari kepribadian” . Identitas dipengaruhi oleh stresor sepanjang  hidup.
Stresor identitas selama masa remaja mencakup harapan tentang orang lain untuk persiapan karir dan kemandirian, untuk mengatasi seksualitas seseorang, dan membuat pilihan tentang hubungan dan peran, stresor ini dapat menimbulkan kebingungan identitas.
Masa remaja adalah waktu di mana banyak terjadi perubahan, yang menyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat peningkatan kematangan. Kondisi stress yang ekstrem/depersonalisasi.

STRESSOR CITRA DIRI
Stressor citra diri adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Stressor citra diri mencakup perubahan dalam penampilan fisik, struktur, atau fungsi yang disebabkan oleh perubahan perkembangan normal  atau penyakit.

Tanda dan gejala Stressor citra tubuh:
1.Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.
2.Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3.Menolak penjelasan perubahan tubuh
4.Persepsi negatif pada tubuh
5.Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
6.Mengungkapkan keputusasaan
7.Mengungkapkan ketakutan




STRESSOR HARGA DIRI
Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten, dan bernilai. Orang dengan harga diri rendah sering merasa  tidak dicintai dan sering mengalami depresi dan ansietas.
Harga diri berfluktuasi sesuai dengan kondisi sekitarnya, meskipun inti dasar dari perasaan negative dan positif di pertahankan.

Penyebab gangguan stabilitas harga diri:
-          Ketidakmampuan memenuhi harapan manusia
-          Kritik tajam
-          Hukuman yang tidak konsisten
-          Persaingan antar saudara kandung
-          Kekalahan berulang
-          Kegagalan dalam pekerjaan/hubungan
-          Kondisi kesehatan
STRESSOR PERAN
Konflik peran adalah tidak adanya kesesuaian harapan peran (Broadweel, 1983).
Bentuk konflik peran:
-          Konflik interpersonal : terjadi ketika satu orang atau lebih mempunyai harapan yang berlawanan atau tidak cocok secara individu  dalam peran tertentu. Misalnya, teman dari seorang wanita dan ibunya mungkin mempunyai perbedaan yang besar tentang bagaimana ia harus merawat anak-anaknya. 
-          Konflik antar-peran :  terjadi ketika tekanan atau harapan yang berkaitan dengan satu peran melawan tekanan atau harapan yang saling berkaitan.
-          Konflik peran personal: terjadi ketika tuntutan peran melanggar nilai personal individu.  Misalnya, seorang perawat yang menghargai penyelamatan hidup mengalami konflik ketika dihadapkan pada  merawat klien yang memilih untuk menolak tetapi pendukung hidup.

Ambiguitas peran mencakup harapan peran yang tidak jelas. Ambiguitas peran umum terjadi pada masa remaja. Ketegangan peran dapat diekspresikan sebagai perasaan frustasi ketika seseorang maerasa tidak adekuat atau merasa tidak sesuai dengan peran.


III. TAHAPAN PERKEMBANGAN
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan  mempunyai aktivitas spesifik yang membantu klien dalam mengembangkan konsep diri yang positif.  

            Dalam rentang kehidupan terdapat beberapa tugas perkembangan. Eriksson membagi menjadi 8 tahapan. Di tiap tahapan terdapat stressor. Individu mampu menghadapi stressor---mature. Individu yang tidak mampu menghadapi stressor---hambatan dala memenuhi tugas perkembangannya pada tahapan selanjutnya.

·         TRUST VERSUS MISTRUST
   Bayi sejak lahir - 18 bulan
Seorang bayi tidak berdaya. Dia benar-benar tergantung pada orang lain untuk kebutuhannya. Selama tahap ini, bayi belajar apakah dunia di mana ia hidup dapat dipercaya. Ketika dia lapar dan dia menangis, dia akan diberi makan? Ketika pantat nya yang basah, akan popok nya diubah? Ketika ia tidak sehat atau takut, dia akan terhibur?

Jika kebutuhan bayi fisik dan emosional terpenuhi dengan cara yang konsisten dan penuh perhatian, ia belajar bahwa ibunya atau pengasuh bisa diandalkan dan dia mengembangkan sikap percaya pada orang. Jika kebutuhannya tidak terpenuhi, bayi mungkin menjadi takut dan belajar untuk tidak mempercayai orang-orang di sekelilingnya

·         AUTONOMY VERSUS SHAME AND DOUBT
Balita, 2 sampai 3 tahun
Setelah trust terbentuk, infant akan mulai mengembangkan otonomi atau rasa ke-aku-akuannya. Penting bagi anak untuk mengekspresikan perasaannya dengan cara yang baik.
Perilaku “otonomi”
o   Mau menerima peraturan kelompok taoi juga mampu mengungkapkan ketidak setujuan jika perlu
o   Mampu mengekpresikan opininya
Perilaku “shame and doubt”
o   Tidak mampu mengekspreikan kebutuhannya
o   Tidak mampu melawan saat diserang

·         INITIATIVE VERSUS GUILT
Anak prasekolah 3-6 tahun
Dengan inisiatif, individu membuat suatu rencana dan ide menjadi suatu kenyataan. Anak usia toddler mulai berpikir apa yang akan di lakukan menjadi apaàbelajar bermain peran.
Perilaku “inisiatif”
o   Bersemangat dalam melakukan sesuatu
o   Mengungkapkan rasa ingin tahu akan banyak hal
o   Mengungkapkan hasil pemikirannya
Perilaku “guilt”
-          Lebih suka meniru orang lain
-          Selalu meminta maaf dan merasa sangat malu ketika melakukan kesalahn kecil
- Merasa takutketika memulai sesuatu yang baru

·         INDUSTRI VERSUS INFERIORITY
Anak mampu mengungkapkan perasaan tentang dirinya dan sudah mulai memberikan penilaian bauk dan buruk. Mulai belajar menggunakan bendaa-benda dan menyelesaikan tugasnya.
Perilaku “industry”
o   Mampu menyelesaikan tugas yang diberikan
o   Mampu bekerja sama dengan baik
o   Menggunakan waktu dengan efektif
Perilaku “inferiority”
o   Tidak mampu menyelesaikan tugas
o   Tidak mampu bekerja sama
o   Tidak terorganisir dalam bekerja

·         IDENTITY VS ROLE CONFUSION
Adolescent mulai bertanya “siapa aku??”
Mengkaji semua mekanisme adaptive yang dimiliki. Ketidakmampuan menemukan identitasàbingung dan cemasàtidak mampu menjalani hidup dengan stabil.
Perilaku “identity”
o   Mengembangkan hubungan dengan sesame jenis dan lawan jenis
o   Mandiri
o   Merencanakan peran di masa mendatang
Perilaku “role confusion”
o   tidak mampu menerima bertanggung jawab
o   menerima nilai-nilai orang lain tanpa bertanya
o   gagal membuat tujuan hidup

·         INTIMACY VERSUS ISOLATION
Mengembangkan hubungan intim dengan orang lain. Kegagalan mengembangkan intimacy menyebabkan seseorang merasa terisolasi.
Perilaku “intimacy”
o   Mengembangkan hubungan yang sangat dekat dengan orang lain
o   Berkomitmen
Perilaku “isolation”
o   Sendiri, tanpa pasangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar